Sabtu, 02 Maret 2013

Generasi Penerus Bangsa




Indonesia adalah negara yang besar dengan luas pulau dan jumlah penduduknya yang tidak bisa dibilang sedikit. Hampir 68 tahun sudah negara yang beribu kota Jakarta ini menyandang kemerdekaan. Sejarah telah mencatat, kemerdekaan negara ini tidak dapat diperoleh semudah memebalikkan telapak tangan. Hal itu tidak jauh dari peran para pejuang yang terdiri dari pemimipin-pemimpin kharismatik, pemuda-pemuda patriotik, serta rakyat Indonesia yang memiliki rasa persatuan tinggi demi kemerdekaan dari penjajahan.
Hal yang tidak pernah bisa kita lepas dari sejarah adalah gelora para pemuda yang memepelopori persatuan dan kesatuan tujuan untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Pada zaman itu mereka memiliki semangat patriotik yang tinggi. Hal itu dapat dibuktikan dari kerasnya usaha mereka untuk bangsa ini, baik secara fisik ataupun nonfisik. Mereka mencoba menuntut ilmu setinggi mungkin agar dapat meyerang penjajah dengan ilmu mereka. Mereka mengumpulkan semangat agar mampu memukul mundur penjajah dari tanah Indonesia .
Hari ini dan seterusnya, peran pemuda sebagai pemegang mandat penerus kepemimpinan di negri ini sangatlah penting. Belajar dari semangat juang para pemuda pada masa penjajahan, diharapkan pemuda Indonesia mampu menjaga perjuangan mereka dengan mengarahkan negri ini ke arah yang terbaik.
Dalam hal ini kita patut berlegawa dengan kenyataan yang cukup membanggakan. Tidak sedikit pemuda kita yang berhasil membawa pencerahan harapan tersebut. Mereka mampu membuktikan semangat itu dari prestasi-prestasi yang telah mereka torehkan untuk bangsa ini.
Namun, di balik semua itu kita pun patut was-was. Pasalnya tidak sedikit juga para pemegang mandat itu menodai perjuangan para pejuang kita. Mereka sama sekali tidak mencerminkan figur pemimpin bangsa .
Pemuda-pemuda tak bertanggung jawab itu  menghancurkan citra bangsa dengan berbagai karakter yang berlawanan dengan cita-cita negri. Di Indonesia, lebih dari 50 generasi muda  setiap harinya meregang nyawa karena narkoba. Bahkan tidak sedikit dari mereka adalah para pelajar yang seyogyanya menghindari barang-barang yang mampu merusak akal fikiran tersebut.
Tak cukup sampai di situ, tawuran antar sekolah dipelbagai daerah pun menjadi cermin suram pemuda dan dunia pendidikan Indonesia. Agaknya mencari generasi muda yang jujur dan bertanggung jawab pun menjadi kesulitan nomor wahid bagi negri ini. Terbukti dari banyaknya kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme di tanah air yang terlalu banyak jumlanya untuk dihitung.
Untuk memperbaiki karakter seperti itu maka sangat diperlukan usaha-usaha maksimal dari seluruh jajaran pemerintah, orang tua, guru, serta pribadi yang bersangkutan. Pemerintah wajib memberikan solusi-solusi pemecahan dari masalah tersebut. Hal itu dapat berupa pencegahan, seperti penyuluhan-penyuluhan masalah pemuda, pemberantasan hal-hal yang menyeleweng, pemberian sanksi yang setimpal bagi terdakwa kasus korupsi, narkoba atau tindak kriminal yang lainnya, serta lain sebagainya.
Orang tua sebagai pengontrol utama pun harus ekstra dalam memberikan perhatian serta pembimbingan bagi buah hati mereka. Dan pastinya semua usaha itu akan menjadi sia-sia jika pribadinya tidak mengindahkan apa-apa yang telah dicanangkan.
Namun hal yang paling berperan adalah sekolah atau madrasah. Sekolah atau madrasah sebagai tempat beraktifitas para pelajar pun tidak boleh ketinggalan dalam mengambil andil ini. Karena hampir dalam kurun waktu kurang lebih 20 tahun dan 6 jam dalam sehari seoarang pelajar berkecimpung dalam dunia penuntutan ilmu. Maka dari itu sekolah atau madrasah memiliki tanggung jawab penuh dalam mendidik para pelajarnya. Mereka harus memilik sistem-sistem terpadu dalam progam pembentukan karakter siswa sebagai penerus bangsa. Dan hal yang paling utama dalah penekanan spiritual atu rohaniah bagi para pelajar. Hal tersebut dapat melalui berbagai cara seperti penambahan jam mata pelajaran agama, pembimbingan intensif siswa, pengontrolan berkala dan sebagainya.

Al-Nahdlah Islamic Boarding School (Al-Nahdlah IBS ) adalah sebuah lembaga pendidikan berbasis pesantren yang menjadi salah satu madrasah yang memiliki sistem-sistem terpadu dalam progam pembentukan karakter siswa sebagai penerus bangsa. Dengan keunggulan berbasis agama inilah madrasah yang terletak di desa Pondok Petir, Bojongsari, Depok, Jawa Barat ini menjadi lembaga pendidikan yang cukup unggul dibanding lembaga-lembaga lain baik sekolah umum maupun madrasah.
Mencoba memberikan sitem pendidikan terpadu yang menekankan pembentukan karakter siswanya, Al-Nahdlah membuktikannya lewat berbagai program yang telah berjalan dengan hasil yang cukup memuaskan, serta tentunya dengan bukti-bukti prestasi akademik maupun non-akademik yang dimiliki Al-Nahdlah.
Ustadzah Ibriza Syarifah selaku guru bidang studi PKN ikut memberikan sumbangsih komentar tentang peran madrasah khususnya Al-Nahdlah dalam pembentukan karakter siswa.
“ Secara devinisi madrasah atau sekolah adalah sebuah lembaga pendidikan formal yang di dalamnya terdapat nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengontrol siswa-siswanya agar menjadi pribadi berkarakter baik. Secara ideal madrasah kami mengajarkan nilai atu norma tersebut, serta menekankan pendidikan pada etika, akhlak, dan mewujudkannya melalui intregreated learning system sebagai output “, tutur ustadzah energik asli Jember, Jawa Timur itu.
Tentunya beliau juga berharap visi dan misi madrasah tidak hanya sekedar menjadi embel-embel belaka. Namun beliau berharap visi dan misi madrasah dapat terwujud dengan kerjasama dari berbagai komponana madrasah, lingkungan, siswa, wali murid, dan masyarakat pada umumnya. Harapan beliau dengan adanya madrasah pemuda-pemuda Indonesia bisa lebih terarah ke jalan yang lebih bertanggung jawab dan jujur.
Beliau juga tidak lupa berpesan “ Kepada para pemuda generasi penerus bangsa apalagi yang berkesempatan menuntut ilmu di madrasah atau pondok pesantren, jalanilah kehidupan ini dengan kesadaran diri,  penuh motivasi, dan berusahalah untuk mematuhi peraturan yang dibuat untuk kebaikan bersama. Serta aplikasikanlah ilmu yang telah didapatkan! Jangan biarkan ilmu yang telah didapatkan menjadi sia-sia dan sekedar teori belaka “ tutur beliau.
Perbedaan yang paling menonjol sekaligus menjadi keunggulan madrasah dibanding sekolah umum adalah porsi yang diberikan untuk  pendidikan agama lebih banyak dan lebih berkualitas. Namun pastinya semua itu tidak cukup berhenti pada teori saja, dalam keseharian pun pendidikan itu harus dipraktekkan. Di pesantren Al-Nahdlah sendiri kegiatan-kegiatan yang menunjang progam pembentukan karakter siswa antara lain disusunnya jadwal kegiatan santri yang dipenuhi dengan hal-hal bermanfaat syarat akan nilai-nilai pendidikan moral, sosial serta budaya, sistem pendidikan yang fun, guru-guru yang berinteraksi dan mengawasi siswa selama 24 jam nonstop dan lain sebagainya.
Melalui kegiatan-kegiatan wajib seperti shalat tahajjud, yaumul lughah, shalat berjamaah, shalat ba’diayah qabliyah, shalat tasbih sebulan sekali, puasa sunnah senin-kamis, musyawarah kitab kuning, pramuka, muhadharah 3 bahasa, dhiba’iyyah, olahraga pagi, maupun kegiatan-kegiatan pilihan ekstrakulikuler kesenian dan minat bakat  seperti hadrah, marawis, futsal, rebana, jurnalistik, teater dan lain sebagainya Al-Nahdlah mampu mencetak benih-benih pemuda penerus kepemimpinan bangsa yang berkualitas dan berkarakter. Terbukti dari beberapa prestasi yang telah Al-Nahdlah raih dari berbagai bidang, seperti juara harapan 1 lomba musabaqah kutubi at-turats tingkat nasional, juara 1 lomba musabaqah kutubi at-turats tingkat kota dan propinsi, juara 2 lomba pidato bahasa arab tingkat propinsi, juara 3 lomba tari daerah, juara pramuka berbagai kategori, wakil nasional dalam Asian Pasifik Youth Water Forum, dan masin banyak lagi.
Tidak hanya melalui pernyataan dari pendidik Al-Nahdlah sendiri, santriwan dan santriwati Al-Nahdlah beserta wali murid pun mengakuinya. Santri Al-Nahdlah yang berjumlah sekitar 140 santri datang dari berbagai penjuru negri. Beberapa dari mereka merupakan santri program beasiswa.
“  Meskipun umur berdirinya pesantren dan madrasah ini belum genap 10 tahun, namun prestasi, sarana dan metode pembelajarannya ga kayak sekolah yang baru aja berdiri “ ungkap Icha santriwati asal Bogor. Gadis yang menyukai pelajaran Bahasa Inggris ini  juga menyakini bahwa Al-Nahdlah mampu mencetak lulusa yang berkompeten dan berkualitas.
Apakah madrasah berperan dalam pembentukan karakter siswa? Tentunya.

0 komentar:

Posting Komentar