Suatu
waktu aku harus membuka mata
Dan
memahami arti asa ini
Aku
ingin terbang dan berteriak pada burung yang berkicau
"Aku
harus bangkit dari keterpurukan"
Atas
nama persahabatan kaki ini melangkah
Berat
memang meninggalkan ego yang terarah jauh darinya
Namun
inilah pilihan
Taukah
engkau wahai melodi?
Adzan
ini telah melucutiku akan arti sebuah nama
Kehidupan
Dapatkah
engkau mendengarku wahai dzat dari segala dzat?
Hidup
ini masih tetap penuh dengan lumeran ego
Hanya
estetika dan kenikmatanlah yang daku harap
Tanpa
usaha dan doa ala kadarnya
Namun,
Sejak
ku temukan ragam manusia dalam sifatnya
Telinga
ini sedikit mendengar dan memahami
Aku
hidup bukan sendiri
Aku
hidup bukan dalam sempurna
Namun
sebaliknya
Aku
hidup jauh dalam palung kekurangan
Di
sekitarku mata-mata tajam tak berhenti tersorot
Di
sekitarku kepala-kepala hebat tak berhenti memeras otak
Di
sekitarku mulut-mulut orator tak berhenti mengguncang podium
Dan
di hadapanku hanya ada seonggok daging bernafas yang tak pernah berhenti
membanggakan diri
Dan
kini ia merunduk
Mencari
arti busung dadanya
0 komentar:
Posting Komentar